March 2009 - Ngobril

Saturday 21 March 2009

Pesta Demokrasi: Antara Senang dan Sedih, Antara Bahagia dan Sakit Jiwa

Hari H menjelang pesta besar negeri ini telah mendekat. Ya pesta demokrasi dimana nasib negeri ini akan segera ditentukan. Pemilu tahun ini dilaksanakan selama dua kali yaitu Pemilu pertama untuk memilih legislatif dan pemilu kedua yang akan dilaksanakan bulan juni nanti akan dilaksanakan untuk memilih presiden. Namun saat ini yang tengah ramai diperbincangkan masyarakat adalah mengenai pemilu tahap pertama yang akan memilih calon legislatif baik itu ditingkat DPR maupun DPRD baik ditingkat propinsi ataupun kabupaten.

Seperti yang telah disinggung dalam tulisan Pelangi Antar Nusa, banyak sekali sekarang foto-foto model dadakan alias foto para calon legislatif yang sedang mempromosikan diri agar bisa dikenali oleh masyarakat. Dengan berbagai cara mereka berkampanye antara lain selain dengan poster besar ataupun baliho yang berisi foto-foto narsis mereka, mereka juga membingkai kampanye mereka dengan kaos, stiker, pamflet bahkan kartu nama untuk dibagikan ke masyarakat agar para pemilih bisa mengenali para caleg tersebut.

Apalagi setelah ketentuan mengenai urutan bagi para caleg untuk dapat terpilih diganti dengan sistem suara terbanyak. Maka para caleg semakin gencarlah dalam berkampanye. Kalau sebelumnya mereka dalam memasang poster atau baliho hanya sebatas seperlunya khususnya bagi para caleg yang berada di nomor urut pertama, namun sejak diganti dengan sistem suara terbanyak mereka semakin jor-joran dalam membuat atribut kampanye. Bahkan tak segan-segan mereka langsung turun ke masyarakat dengan janji-janji bahkan mereka langsung memberikan apa yang diminta oleh para masyarakat yang menjadi daerah pilihannya.

Hal ini karena disebabkan tingkat persaingan yang cukup tinggi diantara para caleg sehingga dengan berbagai macam cara mereka berupaya untuk menarik perhatian masyarakat, salahsatunya sebagaimana yang tersebut diatas. Konsekuensi dari jor-joran tersebut adalah terkurasnya pundi-pundi kekayaan para caleg untuk modal kampanye tersebut. Bahkan ada para caleg yang sampai menggadaikan rumahnya untuk modal kampanye, ada juga yang menjual tanahnya, bahkan ada juga yang pinjam ke bank semata-mata untuk kampanye. Kesemuanya itu demi terpilihnya mereka menjadi wakil rakyat, baik untuk tingkat DPRD ataupun DPR Pusat.

Namun sekarang yang menjadi pertanyaan adalah siapkah para caleg apabila mereka tidak terpilih menjadi wakil rakyat dimana mereka telah mengeluarkan biaya yang begitu banyak untuk modal kampanye. Memang Pemilu masih satu bulan lagi namun tidak ada salahnya kita mengingatkan kepada para caleg untuk siap menerima kekalahan baik secara mental ataupun materi. Bagi orang yang memang benar-benar kaya hal tersebut tidak menjadi masalah walaupn itu juga tidak bisa menjadi patokan pasti. Namun bagaimana dengan mereka yang telah mengeluarkan dana kampanye dengan cara melakukan pinjaman ke bank ataupun menggadaikan sertifikat rumah/tanah. Ada banyak kasus mengenai orang yang tidak siap menerima kekalahan. Kita ambil contoh yang belum lama terjadi kasus pilkada disalah satu kabupaten di Jawa Timur. Dalam pilkada tersebut ada seorang calon yang menjadi sakit jiwanya karena kalah dalam Pilkada itu, padahal orang tersebut merupakan salah satu orang terkaya di Kabupaten tersebut.

Melihat dari kasus tersebut maka tidak ada salahnya para caleg yang menjagokan diri betul-betul mempunyai persiapan yang optimal khususnya secara mental agar tidak shock bahkan gila ketika kalah dalam pemilihan nanti. Dan bagi yang terpilih merupakan kebahagiaan tersendiri, namun kemudian jangan lupa akan janji-janjinya semasa kampanye yang telah dilontarkan kepada masyarakat serta juga jangan menyibukkan diri untuk berpikir bagaimana modal bisa kembali.

Wahai para calon wakil rakyat,ketika anda terpilih nantinya menjadi anggota legislatif baik itu DPRD ataupun DPR Pusat tugas berat untuk memajukan negeri ini telah terbentang. Jangan abaikan itu wahai para calon wakil rakyat. Buktikan apa yang telah anda kampanyekan atau janjikan kepada rakyat. Rakyat sudah muak dan bosan akan janji-janji manismu. Rakyat telah mengamanatkan kemajuan negeri ini dipundakmu.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done